بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Tidak ada satupun manusia yang hidup di atas dunia ini tidak mengalami ujian atau musibah. Entah terkait dirinya, pasangannya ataupun keluarganya. Yang seringkali ujian itu membuat orang yang bertubuh kekar mendadak lesu menundukan kepala dan tak jarang sampai meneteskan air mata.
Padahal sejatinya Alloh sedang menyiapkan hikmah bahkan pahala indah di balik semua ujian itu. Entah di dunia maupun di akhirat. Dan prinsipnya, semakin berat ujian seseorang, maka pahala dan derajat keimanan yang dia peroleh semakin tinggi.
Namun dengan syarat, SABAR dan IKHLAS. Hadapi ujian itu dengan keyakinan, bahwa Alloh Tahu, dan sayang dengan kita.
Berbekal itu lah saya sedang “menikmati” hadiah dari Alloh yang sangat indah.
Jika tidak salah di bulan Februari 2020, saya mendengar berita di Negri Cina sedang dilanda Virus COVID-19, yang ternyata wabah itu semakin menyebar ke penjuru dunia. Saat itu aku Cuma bergumam “apa mungkin sampai di Indonesia”. Dan berita itu bagaikan bola salju yang terus bergulir, sampai wabah itu menyambangi Malaysia dan Singapura.
Artinya sudah disamping Indonesia, Maret 2020 Virus Covid “resmi” menyapa Indonesia tepatnya di Depok.
lagi-lagi aku hanya bergumam “apa mungkin sampai ke tempat kami yang di desa seperti ini, jauh dari hiruk pikuk kota”.
Masuknya covid ke Indonesia, seperti bara api yang membakar kapas. Begitu cepat menyebar ke seluruh wilayah terkapar. Sehingga pemerintah mengeluarkan berbagai aturan untuk pencegahan maupun penanganan. Begitupun berita yang terus update berita Covid di dalam maupun luar negri.
Oleh karena itu banyak sekali warga yang mengalami ketakutan, sehingga mau tidak mau harus mengikuti aturan. Termasuk saya dan keluarga, kemana-mana kami selalu berusaha pakai masker dan mencuci tangan.
QADARULLAH…
Alloh lebih tahu apa yang terbaik. Akhirnya Alloh memilihku dan keluargaku untuk menjadi manusia yang tangguh, kami divonis positif Covid-19 pada hari Jum’at 25 Juni 2021.
Cerita detailnya di Youtube di bawah ini
Hari itu, istriku batuk dan demam berhari-hari. Dan kami diminta untuk swab, istriku pertama yang diswab, karena dia sedang hamil. Saat petugas mengatakan “POSITIF”, jujur awalnya di hati saya tidak percaya, apalagi jika melihat istriku yang sudah lemas lunglai. Ditambah lagi setelah aku diswab, hasilnya pun positif.
ALLOHU AKBAR!
Hatiku langsung bangkit dan menyemangati istri kalau tidak salah dengan kata-kata “tenang Mi, Semua pasti ada hikmahnya. Alloh memilih kita, dan ini akan menjadi cerita untuk menebarkan kebaikan ke sesama”
Sejujurnya walaupun ucapanku terlihat tegar, namun hatiku ingin menangis. Seolah tiket ajal sudah di depan mata. Tapi tak pantas jika ku menangis di hadapan anak dan istri. Tapi aku punya Alloh yang dari dulu dan selamanya selalu menjadi tempat suka duka ku.
Setelah pulang, aku menunaikan shalat. Disitulah aku bercurhat pada-Nya
“Ya Alloh, jika memang ini karena dosa-dosaku, ampunilah aku. Namun jika ini semua karena ujianmu, berilah kami kesabaran. Kami tak menyangka sampai pada akhirnya virus ini menempel di tubuhku, bahkan istriku yang sedang hamil. Ya Alloh berilah kami kesembuhan”
“walaupun sekitar setahun aku selalu berdoa pada-Mu “ya Alloh lindungilah kami dari segala penyakit lahir dan batin, termasuk corona” namun Kau lah yang lebih tau mana yang terbaik untuk kami. Berilah kami kekuatan, keikhlasan, kesabaran dan kesembuhan”
Sejatinya aku tidak ingin bercerita ke siapapun tentang perasaanku dalam menghadapi ujian ini. Termasuk ke orang tua keluarga dan mertua sendiri pun tidak cerita, agar mereka tidak kepikiran.
Namun akhirnya aku menulis ini, karena agar hati yang membaca ini semakin kuat imannya kepada Alloh, bahwa Dia mengungkapkan cinta dengan kita tidak hanya dengan nikmat belaka, tapi juga dengan berbagai ujian yang tidak pernah kita duga.
Setelah divonis positif, kami harus Isolasi Mandiri atau di rumah terus.
Otomatis “ujian dimulai”
Sampai di rumah, ketakutan menyelimuti hatiku. Apalagi hari demi hari, istri yang biasanya ceria, selalu tertidur di kamar dengan berbagai keluhan, demam tinggi, batuk-batuk hampir tiap menit, flu, bahkan yang membuatku ingin menangis, badannya menggigil seperti orang kedinginan.
Aku pun mengobati sebisanya, dengan kompres air hangat, minum jahe. Selain istri, aku juga memantau si kecil Abdurrahman 2 tahun, jangan sampai dia ikut sakit. Sempat panik saat suhu dia tinggi dan batuk, langsung aku kasih wedang jahe, alhamdulillah.
Aku pun di arahkan untuk membawa istri ke rumah sakit, dan ternyata kesana-kesini ditolak karena penuh. Singkat cerita setelah menahan berbagai sakit berhari-hari yang semakin parah, alhamdulillah mendapat kabar ada ruang kosong. Plooong rasanya.
Di pagi hari 1 Juli 2021 aku membawa dia ke RS, langsung dilakukan berbagai tindakan oleh petugas. Dan kabar sedihnya, istriku harus diisolasi sendiri selama 13 hari, tidak boleh dijenguk. Dan aku harus menandatangani klausul jika.. dan jika…. Yang semakin mendramatisir ujian kami.
Akhirnya aku pulang dengan Abdurrahman dengan berbagai campur aduk perasaan.
“Ya Alloh, aku harus kuat, jangan sampai aku sakit. Kasihan anaku, kami di sini pendattang tidak punya siapa-siapa. Dan anaku juga jangan sampai sakit”
Saya melewati hari-hari isolasi ini dengan selalu positif thingking tidak lupa menyemangati istri walaupun via chat atau VC, terutama #LibatinAlloh dan #AndelinAlloh, juga melakukan berbagai usaha medis.
Alhamdulillah, hari ini tanggal 5 Juli 2021 Alloh semakin memberi Kekuatan, kesehatan dan kesembuhan, sehingga kami semakin membaik. Saya menunggu selesai isolasi dan kepulangan istri.
Semoga Alloh menjaga Iman dan Imun kita dan keluarga kita, sehingga kita terbebas dari segala penyakit lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Dan jika memang sudah saatnya Alloh ingin memanggil kita, semoga Alloh memanggil kita dalam keadaan khusnul khatimah, sehingga kita bisa bahagia abadi di jannah
Banyumas, 5 Juli 2021
Ubaidillah
Seorang Hamba Penuh Dosa namun Tak Pernah Putus Asa dari Rahmat-Nya
Post a Comment
Post a Comment