Kisah Perjuangan : Nekad demi Akad
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Alhamdulillah, akhirnya tepat tanggal 3 Mei 2018 perjuangan dan doaku dikabulkan oleh Allah SWT yaitu pernikahan yang insya Alloh penuh keberkahan.
Sebenarnya bukan tentang pernikahan yang ingin saya ceritakan, tetapi tentang perjuangan panjang menuju pernikahan. Karena ternyata saya mengalami berbagai kegagalan dan penolakan dalam memperjuangkan pernikahan. Dan alasanya pun beragam, secara garis besar saya klasifikasikan sebagai berikut :
- Karena akhwat nya belum siap nikah
- Karena orang tua si akhwat menolak saya
- Karena orang tua saya yang menolak
Adapun kisah selengkapnya sebagai berikut :
1). 2015, dengan akhwat berinisial MR
Kisah ini berawal ketika saya duduk di kuliah S1 Semester 5. Kebetulan sebelumnya saya masuk di kelas sore, kemudian pindah ke kelas pagi. Berhubung saya belum lama menjadi anggota kelas pagi, jadi belum banyak yang akrab. Saat itu saya menggunakan BBM sebagai media komunikasi. Pernah suatu hari saya melihat teman kelas (MR) membuat status gambar di BBM. Kemudian saya memberikan komentar, sehingga mulai terjadi dialog. Singkat cerita, saya dengan dia mulai dekat. Hingga akhirnya saya mengatakan kepadanya, jika saya ingin menikahinya. Dia pun setuju.
Kemudian saya melakukan langkah procedural. Yaitu mendatangi rumahnya, tetapi belum dalam rangka melamar, melainkan menelusuri keluarganya. Setelah itu, saya meminta nasehat guru ngaji saya, beliau pun mendukung. Akan tetapi beliau menyarankan pernikahanya ditunda setelah lebaran. Kebetulan saat itu menjelang puasa, saya pun menuruti nasehat beliau.
Ketika lebaran datang, saya mengutarakan niat saya untuk menikah ke kedua orangtua saya. Dan hasilnya, bapak sangat mendukung, namun berbeda dengan ibu. Niat saya menikah kandas karena ibu saya melarang keras. Membuat saya frustasi, karena alasan ibu dalam melarang bersifat duniawi. Alasanya saya diperbolehkan menikah jika telah lulus kuliah, mempunyai pekerjaan tetap dan mempunyai rumah.
Hal ini membuat saya tertekan, karena persyaratan yang tidak logis. Bayangkan saja, harus memiliki rumah dulu kalau mau menikah. Padahal guru ngaji dan bapak saya sudah mendukung. Tapi mau bagaimana lagi, ridho Alloh ada pada ridho orangtua terutama ibu. saya hanya bisa pasrah, tidak mungkin saya melawan. Akhirnya niat menikah saya dengan MR kandas. Dan saya harus merelakan dia menikah dengan laki-laki lain.
2). 2016, dengan akhwat berinisial HMD
Ternyata keinginan menikah saya tidak luntur, malah semakin kuat. Setahun kemudian ana dekat dengan HMD. Saya jatuh cinta padanya karena dia sudah hijrah, apalagi dia saat itu di pesantren cikarang sekaligus kerja. Tidak lama, saya langsung mengungkapkan niat saya untuk mengajak menikah. Dia pun berkenan.
Saat itu, saya sering menonton Film DAQU Movie, yang membakar semangat saya untuk berani melamar. Akhirnya dengan penuh rasa menegangkan, saya datangi rumahnya. Kebetulan HMD tidak di rumah, sedang di pesantren. setelah saya berbicara basa basi dengan bapak ibunya, kemudian saya terus terang jika ingin menikahi putrinya. Dan hasilnya miris sekali, saya ditolak dengan alasan belum lulus kuliah dan belum mempunyai pekerjaan.
3). Mei 2017, dengan akhwat berinisial AIP
Desember 2016 alhamdulillah saya wisuda S1. Di bulan itu juga, setelah wisuda, saya langsung bekerja di Perusahaan Kelapa Sawit Kalimantan. Ketika dulu saya ditolak orangtua HMD karena belum mempunyai pekerjaan, saya sekarang berstatus sudah menjadi karyawan tetap, sehingga membuat saya percaya diri dan siap untuk menikah.
Tapi sekarang kondisinya lain. Memang saya sudah punya pekerjaan tetap, tapi saya bingung siapa yang mau diajak menikah. Apalagi kebetulan di perusahaan saya, jarang sekali akhwat yang belum nikah. Tapi hal ini tidak membuat saya menyerah. Kemudian saya mencari di fanspage facebook. Iseng-iseng saya mengirim pesan ke beberapa akhwat. Di situ lah saya bertemu dengan AIP.
Kebetulan kabupaten saya (Kebumen) bersampingan dengan dia (Cilacap). Setelah beberapa kali kami saling berkirim dialog, saya merasakan kecocokan. Karena dia sesuai kriteria yang saya inginkan. Maka saya mengajak menikah. Dia pun berkenan. Berhubung saya masih di Kalimantan, saya berencana melamar dan mengajak dia menikah ketika pulang ke jawa.
Qadarullah, ending cerita nya di luar dugaan. Suatu hari dia memberikan kabar yang membuat saya galau. Ternyata ada seorang ikhwan yang melamar dia melalui guru ngaji AIP. Lamaranya pun diterima. Sontak hal ini membuatku shok. Karena sebenarnya AIP lebih memilih saya daripada dia. Tapi mau bagaimana lagi, guru ngaji AIP telah menerima lamaranya. Berhubung telah dilamar, maka saya harus mundur
4). Juni 2017, dengan akhwat berinisial NK
Sebelum saya hilang kontak dengan AIP, AIP memberikan pesan dan permohonan. Agar saya berkenan menikah dengan temanya. Karena AIP tidak rela saya menikah dengan akhwat lain, selain temanya yang berinisial NK.
Saya pun kemudian berkomunikasi dengan NK. Tidak berselang lama, saya mengutarakan niat menikah kepadanya. Dia pun berkenan, akan tetapi ending ceritanya pun di luar dugaan. Secara teknis pernikahan, saya menjelaskan kepada dia tentang bagaimana rencana pernikahan yang saya inginkan. Saya jelaskan, jika saya menginginkan pernikahan yang asal sah menurut agama dan Negara. Sehingga resepsi pernikahan pun sangat sederhana, tidak pakai rias-rias an, bahkan kalau bisa tidak usah pakai resepsi. Dia pun menolak mentah-mentah, dengan dalih menikah adalah momen sekali dalam seumur hidup, jadi seharusnya dibuat se special mungkin. Karena saya pun teguh dengan pendirian saya, akhirnya kami putuskan untuk tidak melanjutkan.
5). Juni 2017, dengan akhwat berinisial SK
Saya belum menyerah, masih tetap ada semangat untuk menikah, biarpun belum tau dengan siapa. Pokonya saya dalam waktu dekat harus menikah. Saya pun baru ingat, jika ada teman se kelas saya di S1 dulu yang sesuai kriteria saya. Berhubung saya tidak mempunyai kontak SK, saya bertanya-tanya ke teman yang lain.
Setelah saya mendapatkan kontak SK, saya berkomunikasi via bbm dengan SK. Setelah basa basi dengan sedikit bahasa sindiran, saya menanyakan ke dia “apakah kamu sudah mempunyai calon suami?”. Saya seperti mendapat angin segar, ternyata dia belum mempunyai calon suami. Kemudian saya terus terang “mau kah menikah denganku?”. Dia tidak langsung menjawab, karena dia mengira kalau saya hanya bercanda. Tapi saya desak dia untuk segera menjawab, sampai saya bilang “jawab saja, tak usah malu. Jika ditolak pun aku siap. Lagian kan kita dari dulu ga ada hubungan apa2”
Alhamdulillah, bukan jawaban “iya” yang dia ungkapkan. Tapi dia balik Tanya ke saya “lalu mau kapan kamu datang ke rumahku?”
Karena berhubung saya masih di Kalimantan, saya bilang ke dia sekitar bulan Juli. Dia pun menyanggupi. Setelah itu kami membicarakan soal mahar. Saya mengajukan mahar dengan Tafsir Al Misbah dan Kitab Fathul Bari. Dia pun bersedia. Lantas saya membeli nya via online. Setelah itu kami jarang berkomunikasi.
Qadarullah, Alloh berkehendak lain. Saya mendapatkan kejutan lagi. Tiba-tiba di bulan Juni, dia mengirim pesan “assalamu’alaikum? Mas ubay, saya tau kamu laki-laki sholeh. Saya sangat meminta maaf sebelumnya. Kemarin ada laki-laki yang mendatangi rumah saya. Dan orang tua pun menerima lamaranya”
Qadarullah, Alloh berkehendak lain. Saya mendapatkan kejutan lagi. Tiba-tiba di bulan Juni, dia mengirim pesan “assalamu’alaikum? Mas ubay, saya tau kamu laki-laki sholeh. Saya sangat meminta maaf sebelumnya. Kemarin ada laki-laki yang mendatangi rumah saya. Dan orang tua pun menerima lamaranya”
Jlebbb…..
6). Juni 2017, dengan akhwat berinisial E
Saya mengobati kegalauan dengan mendengar ceramahnya Ustad Hanan Attaki dan ustad-ustad lain. Tapi yang paling mengena ceramahnya ust hanan. Ketika mendengar ceramahnya beliau, semangat menikah selalu berkobar. Pernah suatu hari saya mendengar, jika ingin menikah lakukan istikharah dan istisyarah. Istikharah yaitu sholat minta petunjuk kepada Alloh, sedangkan istisyarah yaitu minta isyarat atau nasehat kepada orang soleh seperti kyai, ust.
Saya langsung mempraktikannya. Suatu hari, ketika saya libur bekerja, saya liburan ke suatu desa. Ketika solat dzuhur, saya jama’ah di masjid. Setelah selesai solat, saya diam sejenak. Saya ingat pesan ustad hanan, yaitu minta nasehat kepada orang soleh. Jadi saya duduk menunggu di belakang imam. Karena saya lihat beliau khusyuk berzikir, padahal jamaah yang lain sudah bubar. Setelah beliau selesai bezikir, saya berjabat tangan dan basa basi. Kemudian saya mengatakan “pak, berilah saya nasehat. Karena selama bekerja di Kalimantan, saya belum pernah mengaji, sehingga hati saya sangat gersang”. Setelah di jawab oleh beliau, saya bilang lagi “selanjutnya saya mohon doa nya pak, saya ingin menikah”, beliau menjawab “iya saya doakan semoga Alloh memberkahi, tapi dengan siapa?”. Dengan tersenyum malu saya menjawab “nah itu masalahnya pak, belum ada calonya, hehe”
Di luar dugaan, beliau menjawab dengan pertanyaan “mau dengan anak saya? Dia sudah wisuda tapi masih di pesantren sekarang. Insya Alloh besok agustus pulang”. Saya hanya tersenyum, kemudian saya diajak ke rumahnya bertemu dengan istri dan anaknya yang lain. Di rumahnya membahas lagi tentang penawaran anaknya, tapi saya belum bisa memberikan jawaban pasti. Saya harus memikirkan berbagai aspek, biarpun beliau termasuk konglomerat di daerahnya.
Tapi akhirnya dengan si E saya pun gagal. Karena sebelum si E pulang ke Kalimantan, saya keluar dari perusahaan, lalu pulang ke jawa untuk melanjutkan S2. ( kisah pekerjaan dan pendidikan saya pun ada perjuangan, simak di lain kisah). Ketika saya sekarang di jawa, saya mendengar kabar, bapak si E meninggal dunia, dan kata tetangganya, si E mengharapkan saya kembali ke Kalimantan.
7). September 2017, dengan akhwat berinisial SUR
23 Agustus 2017, saya keluar dari pekerjaan, pulang ke jawa untuk mengikuti seleksi beasiswa Kementrian Agama penerimaan Mahasiswa S2. Suatu hari setelah saya tes tertulis, saya pergi ke masjid untuk solat dzuhur. Ketika saya duduk di depan masjid, ada rombongan akhwat mahasiswi baru s1 ke masjid juga. Mata saya tertuju pada salah satu mahasiswi berkaca mata, saya senyum dia pun tersenyum. Kemudian kita ngobrol sampai bertukar nomor hp. Tidak lama setelah itu, kuutarakan niat menikah padanya.
Diapun menyanggupi, kemudian aku ke rumahnya. Ternyata dia di jawa bersama dengan kakeknya. Orang tuanya di Jakarta, sehingga saya bilang dulu ke kakeknya. Dan ternyata kakek neneknya senang sekali dengan niat saya, memang mereka menginginkan agar SUR segera menikah. Setelah mendapat ijin kakek nenek nya di bulan September 2017, saya pergi ke Jakarta untuk menemui orangtua SUR. Di suatu malam, layaknya di persidangan, saya duduk di hadapan orang tua, saudara, dan kerabat SUR. Saya mengutarakan niat jika saya hendak menikahi putrinya. Saya pun mengajukan dua permohonan. Satu, saya ingin menikahnya yang penting sah menurut agama dan Negara, syarat pertama disetujui. Kedua, berhubung saya anak pertama yang mana saya mempunyai tanggung jawab terkait pendidikan adik-adik saya, maka saya memohon agar saya dan SUR selama menempuh kuliah biaya sendiri-sendiri dulu.
Orangtua SUR terkejut, kita pun beradu argument. Yang akhirnya saya ditolak secara halus. Saya pun langsung pamit minta ijin pulang esok harinya.
8). Oktober 2017, dengan akhwat berinisial FUF
Aktivitas saya selain kuliah, juga di MI bantu-bantu. Kebetulan saya sangat dekat dengan kepala sekolah. Kepala sekolah menjodohkan saya dengan anak angkatnya. Kami dipertemukan kalau tidak salah di bulan Oktober 2017. Saya pun sangat cocok dengan dia, semester akhir di UNSIQ Wonosobo dan sudah fasih berbahasa arab. Ternyata rumah dia tidak di sini, dia di sini tinggal di pesantren tahfidz, rumahnya di Bekasi.
Seperti biasa nya, saya langsung mengutarakan niat menikah. Setelah dia menyetujui, saya langsung minta alamat lengkap rumahnya di Bekasi. Di lain waktu, tanpa sepengetahuan FUF, saya pergi ke bekasi untuk menemui orang tuanya. Dari kebumen jawa tengah, pergi ke rumahnya di Bekasi hanya untuk meminta ijin menikahi anaknya, saya duduk di depan orang tuanya sekitar 1 jam, setelah itu saya pamit pulang ke kebumen. Yang penting saya sudah mendapat ijin, tinggal mengatur teknis pernikahnya dengan FUF.
Di bulan Februari, saya mendesak FUF untuk segera memperjelas kapan kita menikah. Ternyata kami mempunyai kesepakatan April 2018. Tapi orang tuanya meminta FUF untuk menyelesaikan hafalanya. Sedangkan saya menegaskan, untuk segera menikah, karena semakin lama berhubungan di luar pernikahan hanya akan menambah dosa. Saya mendesak FUF untuk merayu orangtuanya, akhirnya orangtuanya menyetujui jika ustadznya FUF memberikan restu. Esok harinya saya dari kebumen pergi ke wonosobo kurang lebih 3 jam, untuk menemui ustadz. Hasilnya ustadz memberikan restu.
Setelah itu saya semakin mantap. Qadarullah lain, di bulan Maret FUF melakukan KKN. Kita jarang menyapa, suatu hari ketika saya menyapa dia, tiba-tiba muncul keraguan dan kecurigaan dengan gaya bahasa yang dia ucapkan. “sebenarnya saya masih ingin memperbaiki bacaan qur’an saya”ucap dia
Dengan tegas kudesak dia “yang bener saja, kamu niat nikah atau egk? Kalau egk ya gapapa, aku cari yang lain”
Kemudian dia menjawab “beri aku waktu 2 minggu untuk menjawab”
Aku semakin terpukul, di saat ku perjuangkan untuk pernikahan dia malah masih dalam keraguan. Aku pun tak ingin terlihat lemah di hadapan akhwat “oke, saya kasih waktu besok hari. Jika seandainya kamu menggagalkan besok hari, saya siap. Saya lusa nya akan melamar akhwat lain”
Di esok harinya, saya terpukul dengan jawaban dia. “pada dasar saya mau menikah denganmu mas, tapi di tahun 2020”. Subhanalloh, saya jengkel sekali, dari awal kesepakatan kita April 2018, kenapa tiba – tiba 2020. Dengan tegas saya balas “afwan, I CAN’T”
Setelah itu langsung saya hubungi orang tuanya dan mendatangi ustadznya. Kujelaskan apa adanya, jika FUF sendiri yang menggagalkan pernikahanya.
9). Januari 2018, dengan akhwat berinisial AS
Adik saya mengetahui saya berkeinginan menikah tapi selalu gagal, sehingga mungkin membuat dia ikut sedih. Sehingga dia mengenalkan akhwat kepada saya. Akhwat itu berinisial AS. Awal kita kenalan via whatsapp. Awalnya kita ngobrol santai basa-basi. Tiba-tiba si AS mengutarakan keinginanya untuk segera mempunyai suami yang siap membimbingnya. Berhubung saya baru mengenal, saya meminta waktu beberapa hari dulu.
Lalu kami bertukar informasi mengenai identitas kami masing-masing. Setelah saya ketahui, informasi yang saya dapatkan membuat saya tidak menyangka. Bagaimana tidak, AS adalah mahasiswa Kedokteran di kampus Jakarta. Hal ini menunjukan dia adalah orang kaya, apalagi kendaraan dia untuk kuliah bukan lagi sepeda motor, melainkan mobil pribadi. Tak hanya itu, dia adalah akhwat tercantik yang saya kenal. Hal ini membuat naluri kelaki-lakian saya mantap memilih dia.
Saya sudah mengatakan segalanya pada AS, jika saya adalah ikhwan yang tidak mempunyai apa-apa. Kuliah pun mencari yang gratis. Apalagi dia adalah calon dokter, pasti maharnya pun harus tinggi sebagaimana tradisi di Indonesia. Sehingga saya bilang kepada dia ketidaksanggupan saya terkait materi. Dan diluar dugaan jawabnya “akhi, seandainya di dalam Islam dibolehkan menikah tanpa mahar, saya bersedia”. Sontak membuatku terharu. Bahkan dia mengatakan “besok saya transfer uang, untuk biaya kamu dan bapakmu mendatangi rumahku untuk melamar”
Tentang materi dan fisik saya sudah cocok dengan dia. Tapi saya berfikir keras, bahwa menikah untuk mempunyai calon ibu dari anak-anak, tidak cukup hanya bermodalkan kekayaan dan kecantikan. Tapi keimanan dan keilmuan, karena dia (ibu) yang akan mendidik anak-anak dari dalam kandungan. Dari faktor ini membuat saya berat memilih dia, karena dia baru saja hijrah, baru saja memakai hijab.
Di tengah kebingungan saya, saya meminta pendapat ke guru ngaji saya terkait AS. Dan jawabanya “tinggalkan”. Memang ketika melihat materi, sangat menjanjikan. Tapi justru itu yang akan menjadi boomerang. Yang namanya berkeluarga pasti aka nada masalah. Memang sebelum pernikahan saya diterima dengan penuh cinta biarpun tidak mempunyai apa-apa. Pertanyaanya bagaimana jika suatu saat sedang mengalami masalah?. Ditakutkan akan muncul segala hal yang meretakkan rumah tangga. Jadi, seseuai dengan saran guru, saya tinggalkan AS.
10). Januari 2018
Ketika saya meminta nasehat / istisyarah kepada guru ngaji, saya dianjurkan untuk tidak memilih AS. Beliau pun memberikan pilihan baru untuk menjadi calon istri saya. Dia berinisial AZZ. Azz adalah putri dari temen guru ngaji saya. Guru ngaji saya menceritakan tentang identitas Azz. Azz adalah wanita soleha, dia sedang kuliah di kampus Jogjakarta dan sedang menghafal alqur’an di Pesantren Tahfidz. Selain itu, dia mempunyai bakat suara. Dia biasa menjuarai tilawah alqur’an dari tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional.
Hal ini membuat saya sangat cocok dengan pilihan yang guru saya ajukan. Setelah saya mengatakan cocok, saya diajak ke rumah Azz di lain hari untuk ketemu orang tuanya. Dengan mengendarai mobil dan di bawah guyuran hujan, saya diajak ke rumah Azz. Setelah basa-basi, guru saya pun mengatakan sebenarnya, jika ada laki-laki yang berniat menikahi putrinya. Singkat cerita, orangtuanya menjawab, “ya tergantuang Azz, tapi kemungkinan dia mau focus menghafal dulu”. Dari situ saya menangkap orang tua mengijinkan, tinggal bagaimana anaknya.
Saya pun bingung, tergantung anaknya, tapi saya tidak mempunyai kontak Azz. Dia di pesantren, jadi tidak membawa HP. Di tengah kebingungan saya, tiba-tiba ada inbox di facebook. Ternyata yang mengirim pesan adalah Azz. Dia pun cerita, jika dia udah lama stalking/ngepoin facebook saya. Tapi malu mau mengirim pesan duluan. Tanpa basa-basi panjang, saya mengutarakan niat saya untuk menikahinya. Saya mendesak dia untuk segera menjawab. Dan hasilnya dia tetap teguh pada pendirianya, yaitu menikah setelah wisuda kuliah dan selesai hafalan qur’annya dengan perkiraan waktu 2 tahun lagi.
Sebenarnya saya sedikit memaksa dia untuk segera menikah, tapi jawaban dia mempersilahkan saya untuk menikah dengan akhwat lain jika tidak sabar menunggu. Jadi berakhir hubungan dengan Azz.
11). 2018, dengan akhwat berinisial FN
Saya juga manusia biasa yang mempunyai rasa sedih. Saya merasa sangat sedih, saya mengadu kepada Alloh. Kenapa saya selalu gagal dalam pernikahan. Padahal niat saya dalam menikah justru menghindari kemaksiatan. Saya tidak ingin mengawali pernikahan dengan jalur kemaksiyatan, yaitu diawali dengan pacaran. Tapi di benak saya muncul “kenapa justru majoritas dari teman saya yang berhasil menikah, diawali pacara selama beberapa bulan atau tahun”. Na’udzubillah, ini bisikan iblis.
Saya selalu memupuk semangat untuk berharap pada Alloh dengan mendengar ceramah ust hanan, ust Adi Hidayat dan lain-lain. Di tengah hampir putus asa, saya iseng mengikuti forum ta’aruf www.****.com. Saya pun kenal dengan FN dari Jakrta. Saat dialog di website www.****.com, hal yang pertama kali saya tanyakan sama seperti dulu “apakah kamu bersedia menikah yang penting sah menurut agama dan Negara?”, dia menjawab siap. Saya langsung meminta nomor orang tua nya untuk menindaklanjuti.
Setelah saya basa-basi dialog dengan ibunya FN, saya bilang ke beliau “maaf bu, saya hanya mempunyai uang 2 juta, apakah ibu mengijinkan saya menikah dengan anak ibu?”, beliau menjawab “jangan membicarakan itu dulu mas, yang penting kamu kesini dulu”.
Saya tetap bersikeras dengan uang dua juta. Emang tabunganku tinggal segitu,saya tak ingin merepotkan orang tua. Saya pun berfikir, saya tidak mau ke Jakarta jika akan ditolak lagi, apalagi biaya transport mahal. Jadi saya mendesak “maaf bu, saya mau berkunjung ke Jakarta kalau ibu mengatakan kesanggupannya siap menikahkan saya dengan anak ibu bermodalkan 2 juta dari saya” setelah lama menunggu kabar, ternyata FN sendiri yang menolak permohonan saya, jadi berakhir dengan FN.
13). February 2018, dengan akhwat berinisial BMP
INI DIA AKHIR CERITA PERJUANGAN KU……
Sebenarnya ada beberapa akhwat yang menjadi bagian cerita perjuanganku. Tapi saya lupa secara detailnya siapa saja dan bagaimana ceritanya.
BMP (PRINCESS SUN FLOWER) dari Kota Kembang, Bandung
Awal pertemuan saya dengan dia di forum ta’aruf online website www.****,com. Alur nya sama dengan FN. Saya Tanya ke BMP, apakah bersedia menikah dengan yang penting sah menurut agama dan Negara?. Setelah dia menyatakan kesanggupanya, saya minta nomor ibunya. Kemudian saya dialog dengan ibunya, tapi saya ganti strategi. Tidak membahas nominal uang dengan ibunya, tapi langsung dengan BMP. Selain itu, saya tidak membahas nominal dulu. Melainkan, saya mendatangi dulu rumah BMP di Bandung untuk saling melihat.
Di pertengahan februari, saya ke Bandung dengan tujuan silaturrahim ke rumah BMP dan mengikuti kajian Ust Adi Hidayat. Ketika awal bertemu dengan BMP dan keluarganya, saya sudah merasa cocok. Karena dia sudah hijrah lama dengan ibunya, selain itu dia juga cantik, tinggi. Bahkan yang paling membuat saya memilih dia adalah ketika ibu nya melarang bekerja di Bank Muamalah, padahal BMP sudah diterima kerja di sana dengan gaji 7juta/bulan. Hal ini membuat saya yakin, jarang sekali ada seorang ibu yang melarang anaknya untuk bekerja di Bank, biarpun Bank Syariah, karena masih ada unsur Ribanya. Saya langsung jatuh cinta, tidak hanya pada BMP, sama ibunya juga.
Di pertengahan februari, saya ke Bandung dengan tujuan silaturrahim ke rumah BMP dan mengikuti kajian Ust Adi Hidayat. Ketika awal bertemu dengan BMP dan keluarganya, saya sudah merasa cocok. Karena dia sudah hijrah lama dengan ibunya, selain itu dia juga cantik, tinggi. Bahkan yang paling membuat saya memilih dia adalah ketika ibu nya melarang bekerja di Bank Muamalah, padahal BMP sudah diterima kerja di sana dengan gaji 7juta/bulan. Hal ini membuat saya yakin, jarang sekali ada seorang ibu yang melarang anaknya untuk bekerja di Bank, biarpun Bank Syariah, karena masih ada unsur Ribanya. Saya langsung jatuh cinta, tidak hanya pada BMP, sama ibunya juga.
Setelah pertemuan di rumahnya di Bandung, kami melanjutkan komunikasi via whatsapp. Sebenarnya saya sangat minder, dia orang kaya, sedangkan saya belum punya apa-apa, kuliah saja beasiswa, belum punya pekerjaan tetap. Tapi hal ini tidak menjadi penghalang. Karena saya menikah, untuk beribadah kepada Alloh. Kata ust Hanan “libatkan Alloh di setiap keputusan yang kita ambil, soo.. Alloh takan pernah membuat kita kecewa”
Saya menceritakan semua kepada BMP. Saya masih kuliah S2. Adik saya banyak, ada 7. Saya sudah diijinkan menikah, tapi dengan catatan biaya sendiri. Sedangkan saya sudah keluar dari perusahaan. Jadi saya hanya mempunyai tabungan dua juta. Untuk meyakinkan, saya foto buku tabungan yang berjumlah 2.6xx.xxx rupiah.
BMP pun tidak mempermasalahkan, Cuma dia mau musyawarah dulu dengan orang tuanya. Setelah saya menunggu, keesokan harinya saya mendapatkan jawaban dari BMP. Jawabanya pun mengejutkan, bukan soal bersedia atau tidak orangtuanya menikahkan anaknya denganku yang hanya bermodalkan 2juta. Tapi orangtuanya langsung mengusulkan teknis pernikahnya. Beliau mengarahkan, akad nikahnya dilangsungkan di Kebumen, kebetulan orangtua BMP mempunyai saudara di Kebumen. Bahkan orangtuanya langsung mengarahkan, pernikahnya sebelum puasa. Karena jika dilakukan setelah lebaran, akan ribet. Masya Alloh, saya tidak menyangka sekali.
Sebenarnya saya hendak melamar BMP dengan orangtua saya, tapi berhubung bapak saya sedang di Kalimantan, saya bertanya kepada BMP. “bagaimana kalau uangnya saya transfer saja, jadi ga pake lamaran”. Dia pun kaget, tapi saya yakinkan “khitbah hukumnya sunnah, yang wajib adalh ijab qabul pernikahan dengan saksi dan mahar”. Dia dan orang tuanya pun menyetujui. Jadi saya transfer uang senilai Rp 2.500.000,-
Kemudian saya mengurus segala administrasi pernikahan, dari ke PPN sampai ke KUA. Perlu diketahui juga, atas pertolongan Alloh, kedua orang tua saya belum mengetahui rencana pernikahan saya. Karena saya tidak ingin merepotkan mereka. Mereka mengetahui ketika mendekati hari H.
Dan Alhamdulillah, atas Rahmat Alloh SWT. Tepat hari Kamis 3 Mei 2018 di Desa Srusuh Kec.Puring Kab.Kebumen Jawa Tengah, dilangsungkan pernikahan atas nama Ngubaidillah dengan Bunga Mentari Putri, dengan mahar seperangkat alat solat dan kitab Fathul Bari.
Ada kejutan lagi, sebenarnya menjelang pernikahan saya tidak memegang uang serupiah pun. Karena sudah saya transfer 2jt500. Tapi masya Alloh, orang tua BMP memberikan hadiah Rp 500.000,- untuk bulan madu. Masya Alloh, wallohul musta’an
THE END
Demikian kisah perjuangan saya dalam pernikahan. Saya memohon ampun kepada Alloh jika ada kesalahan. Dan saya memohon maaf kepada pembaca jika redaksi cerita ada yang tidak sesuai kenyataanya, karena demi kepentingan mudah dipahami.
teruntuk istriku : kamu adalah hadiah terindah di tengah perjuangan yang hampir menyerah. ternyata kamu adalah wanita paling sempurna dibanding wanita-wanita di atas. memang Alloh akan memberikan keindahan pada waktunya.
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan oleh salah seorang sahabat,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363.
dan kamu adalah yang terbaik sebagai ganti mereka untuku.
Selanjutnya saya ingin berbagi nasihat
1. Untuk Ikhwan/laki-laki
Ya akhi, jangan menyerah dalam mencari istri saleha. Jika kita mengawali dengan tanpa maksiyat, Insya Alloh akan selalu dimudahkan dengan penuh kejutan. Pada umumnya yang menjadi masalah adalah modal materi.
Ingat ya akhi, kita punya Alloh yang Maha Kaya. Berapapun modalmu saat ini, datangilah orang tuanya. Jangan takut ditolak, logikanya seperti ini. Ketika ada wanita dan orang tuanya menerima kita saat kita belum punya apa-apa, Insya Alloh itu tanda keluarga soliha, yaitu menerima kita bukan karena harta kita, tapi karena Alloh. Sebaliknya, jika kita mendatangi orangtuanya dengan menngandalkan harta kita, lalu suatu saat harta kita lenyap, bagaimana cinta istri dan mertua kita? Ikut lenyap kan? Na’audzubillah.
Ya akhi, mari kita selalu mengandalkan Alloh “Allohu waliyyulladziyna aamanu…” Alloh adalah penolong dari orang-orang beriman,
2. Untuk Akhwat/perempuan
Wahai wanita, kau adalah perhiasan terindah di dunia sesuai apa yang Rasulullah sabda. Jadi jangan mau jiwa dan raga yang kau punya ditukarkan dengan harta yang dimiliki seorang pria.
- Jangan silau dengan ikhwan yang berharta, karena Fir’aun pun kaya raya, tapi terlaknat selamanya.
- Jangan takut menikah dengan ikhwan yang belum mempunyai apa-apa, selama dia Solih. karena Abdurrahman bin auf memulai hidupnya di Madinah hanya bermodalkan sehelai pakaian yang dikenakan, lalu tidak lama Alloh menjadikannya manusia terkaya di Madinah
- Jangan karena jabatanya, karena Fir’aun pun karena jabatan berakhir kekufuran.
- Jangan karena ketampananya, karena anak-anak mu tidak butuh ketampanan suamimu.
- Jiwa raga yang kau punya hanya pantas ditukarkan dengan keimanan yang ada dalam dada pria untuk menuntunmu dan anak keturunanmu dengan surga.
Salah satu tanda-tanda ikhwan yang sholih, lihat bagaimana solat subuhnya.
Apakah solat jama’ah di masjid? Atau di rumah, atau jam 6, atau bahkan subuh ditinggalkan.
Jika dia istiqamah jamaah subuh di masjid, pilihlah dia, karena dia adalah pilihan Alloh dan Rasul-Nya. Karena solat subuh di masjid adalah paling berat. Jika dalam keadaan berat pun, dia selalu tetap taat kepada Alloh, Insya Alloh dia akan selalu taat kepada Alloh dengan menjaga amanh-Nya, yaitu kamu dan anak-anakmu. Sebaliknya, jika ada ikhwan yang mengabaikan kewajibanya kepada Alloh, apalagi kewajiban padamu.
3. Untuk Orang tua
Wahai orang tua yang menjadi pintu surga. Zaman dulu dengan sekarang sangat lah berbeda. Ketika kamu mempersulit pernikahan, Syetan dan bala tentaranya mempermudah perzinahan. Apakah kamu tahu bala tentara syetan? Youtube, Whatsapp, BBM, facebook, Bigo Live, Tik tok, dan semua media yang telah dikendalikan syetan. Tolong jauhkan anak-anakmu dari perzinahan dengan memudahkan pernikahan (mencuplik kata Buaya Yahya). Dengan seperti itu, kamu dan keturunan mu Insya Alloh akan dipersatukan oleh Alloh dalam ketaatan sehingga dikumpulkan dalam surga yang Abadan. Aamiin
demikian kisah Nekad demi Akad
Barakallohu fikum
Wassalamu’alaikum
Ngubaidillah.,M.Pd
16 Mei 2018
Post a Comment
Post a Comment