BERKATALAH YANG POSITIF: AKU PASTI BISA!!
Bismillah
Allohumma Shalli ala Muhammad, Amma ba’d
Wahai saudaraku seiman dan seislam, semoga Alloh senantiasa memberikan rahmat dan ampunan kepadamu dan keluargamu.
Kali ini, saya ingin menulis tentang PENTINGNYA BERKATA POSITIF. Sebelumnya, simak pertanyaan seseorang di bawah ini:
“bang.. kenapa ya denganku?, kenapa sesuatu yang kutakutkan justru terjadi sungguhan dalam hidupku.
Sebagai contoh, dulu aku tidak ingin mendapatkan jodoh yang jauh, tapi sekarang jodohku jauh dan otomatis aku harus ikut”
Banyak juga yang sering mengatakan
“ah, aku ga bisa”
“aku lemah di hal ini”
“aku selalu gagal”
“kenapa hidupku selalu sial”
“kenapa hidupku susah terus”
“nasib oh nasib”
Baik saudaraku semua…..
Pernah mendengar jargon ucapan adalah doa?
Ya aku juga tidak tahu tentang jargon itu, Cuma kali ini saya ingin meninjau keterkaitan antara ucapan dengan analisa agama islam dan psikologi.
Perkataan Positif dalam tinjauan psikologi
Pakar psikologi mengatakan, bahwa manusia terdiri dari tiga lapisan
Lapisan jiwa sadar
Lapisan jiwa Pra sadar
Lapisan tidak sadar
Dengan konsep piramida terbalik, justru lapisan tidak sadar lebih dominan dalam kepribadian manusia. Sehingga sepakat tidak sepakat, kita lebih banyak menggunakan lapisan tidak sadar kita, sehingga hal ini lah yang sangat berperan dalam kehidupan kita.
Lalu apa yang mempengaruhi lapisan tidak sadar kita?
Bermacam-macam, berupa sesuatu yang kita dengar, sesuatu yang kita baca, interaksi social kita. Nah, saya sepakat yang paling berpengaruh adalah UCAPAN / PERKATAAN yang sering kita ucapkan.
Jadi mau tidak mau, perkataan yang sering kita ucapkan sangat berpengaruh terhadap lapisan tidak sadar kita, artinya sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita di masa kini atau masa mendatang.
Kesimpulannya :
Ucapan negatif/pesimis akan menghasilkan realitas yang negative
Ucapan positif/optimis akan menghasilkan realitas yang positif.
Jadi mulai sekarang, gantilah ucapanmu dengan yang positif.
Oke,,, belum percaya? Itu yang aku pegang dari dulu.
Ini buktinya:
1. ketika kuliah S1, aku selalu bilang ke teman2, “aku mau lanjut S2 beasiswa”.
Ya… biarpun tidak tahu jalannya, Alhamdulillah akhirnya aku mendapat beasiswa S2 dan lulus dengan cumlaude
2. soal PNS. Walaupun awalnya aku tidak berniat daftar CPNS, tapi aku pernah bilang ke adik, ortu “kalau saya daftar cpns, insha Alloh, aku yakin diterima!”. Begitu juga aku mengatakan positif itu ke mertua dan istriku. Dengan mantap aku katakana itu, walhasil, sekarang aku jadi PNS Kab. Banyumas. Pertama dan terakhir kali mendaftar CPNS.
3. Soal seleksi Pre-Test PPG. (untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi sama dengan gaji pokok PNS)
Se-Indonesia diikuti 33.000an peserta, di Banyumas diikuti 270an peserta. Sebelum test, aku bilang ke teman dengan memegang bahunya. “bro… Insha Alloh PASTI KITA LULUS!!!, aku di peringkat 1, kamu peringkat 7!!”
Apa yang terjadi??.. tertinggi di Kab. Banyumas nilainya 84!! Dan siapa yang memiliki itu? NGUBAIDILLAH, it’s ME
apakah aku ga pernah sedih?galau?takut?. ya sering banget. tapi selalu berusaha mengatakan yang positif. yang negatif cukup dipendam, dan curhatkan ke Alloh
Kenapa aku begitu yakin, tentang BERKATA POSITIF. Mari kita simak dengan tinjauan agama Islam.
Perkataan Positif dalam Islam
Siapa sih idola kita kalau bukan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Atau jangan-jangan idolamu artis-artis, atau penyanyi-penyanyi yang selalu melagukan kegalauan dan kelemahan karena cinta manusia dimana-mana?, atau bahkan kamu penggemar Drakor, K-Pop? Dengan Idola Yeo Jin Goo, kim soo-Hyun, exo, black pink, dll. Na’udzubillah. Plis… tolong tinggalkan itu. Apalagi tuh orang korea yang tidak percaya dengan Alloh, alias kafir. Pliss… hapuss semua itu.
Demi Alloh!!, di dunia tidak akan memberikan kemanfaatan sedikitpun bagimu, takutnya di akhirat kelak kamu justru dikumpulkan dengan mereka di Neraka Jahannam.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam
Adalah idola semua ummat Islam. Kembali ke soal perkataan positif
Beliau juga manusia biasa seperti kita, beliau juga punya rasa sedih, khawatir, takut, dll.
Tapi apakah… pernahkah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berkata negatif, pesimis, mengeluh??
Mari kita lihat sisi psikologis beliau dari kejadian Thaif
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam Bersama Zaid bin Haritsah berdakwah ke kampong thaif. Tidak hanya ditolak oleh pemukanya justru mereka menghasut anak-anak kecil untuk melempari Nabi dengan batu hingga mata kaki Nabi berdarah dan tidak Cuma itu, pemuda-pemuda kekar Thaif dikerahkan untuk menghadang dan memukuli beliau bertubi-tubi.
Beliau pun berusaha lari dan beristirahat di bawah kebun anggur, lalu datanglah malaikat Jibril ‘alaihissalam, dan bilang:
‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah Azza wa Jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka’. Malaikat (penjaga) gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata: ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Akhsabain”
Lalu apa jawaban Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam??
Apakah beliau berkata negative, dengan mengutuk kaum thaif misalnya. Sungguh mulia jiwa sang idola kita. Beliau menjawab :
(Tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”. [HR Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim]
Bahkan di lain sumber, beliau justru curhat ke Alloh dan bilang
اَللُّهُمَّ اِلَيْكَ اَشْكُوْ ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيْلَتِيْ وَهَوَانِيْ عَلَى النَّاسِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَاَنْتَ رَبِّي، اِلَى مَنْ تَكِلُّنِيْ اِلَى بَعِيْدٍ يَتَجَهَّمُنِيْ ؟ اَوْ اِلَى عَدُوٍّ مَلَكْتَهُ اَمْرِيْ ؟ اِنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ غَضَبٌ عَلَيَّ فَلاَ اُبَالِيْ وَلَكِنْ عَافِيَتَكَ هِيَ اَوْسَعُ لِيْ، أَعُوْذُ بِنُوْرِوَجْهِكَ الَّذِيْ اَشْرَقَتْ بِهِ الظُّلُمَاتُ، وَصَلُحَ عَلَيْهِ اَمْرُ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ مِنْ اَنْ تُنَزِّلَ بِي غَضَبُكَ اَوْ تَحُلُّ بِي سَخَطُكَ، لَكَ الْعَتْبَي حَتَّى تَرْضَي، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِكَ
“Wahai Rabb-Ku, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Rabb-ku yang Maha Rahim. Engkaulah Robbnya orang-orang yang lemah dan Engkaulah Robb-ku. Kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Kepada musuh yang akan menerkamku, atau kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal Engkau tidak marah kepadaku. Sedangkan afiat-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap. Dan atas-Nyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat. Dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku adzab-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau.”
MASYA ALLOH, Idola kita, ALLOHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD
Lalu apa hasilnya dari perkataan positif beliau?
Pemilik kebun itu yang bukan islam terheran-heran, lalu bertanya tentang jatidiri Rasulullah Saw serta meminta penjelasan mengenai makna dan hakikat dari ucapan doa yang baru saja beliau panjatkan. Singkat cerita, hasil dialog tersebut menjadikan dua lelaki musyrik pemilik kebun anggur itu menjadi muslim. ALLOHU AKBAR
Jadi kesimpulannya:
Wahai saudaraku…
Marilah kita berkata yang positif, yaitu baik menurut Alloh
Minder, malu, takut, wajar, sedih, galau dll semua itu wajar. Semua itu boleh, tapi usahakan jangan diucapkan ke orang sembarangan. Tapi jadikan semua rasa negative itu sebagai bahan untuk kita curhatkan ke Alloh
Sedangkan yang diucapkan, positif optimis saja.
BISMILLAH
AKU PASTI BISA
AKU PASTI LULUS
AKU PASTI BERHASIL
AKU PASTI MASUK SURGA
Wallohu a’lam, Alhamdulillah
Banyumas, 21 Januari 2020
Manusia Pembelajar
Ngubaidillah al Faqir
Post a Comment
Post a Comment