Bagaimana kabar kalian wahai saudaraku seiman? Semoga Alloh senantiasa merahmati kalian. Terutama bagi kalian yang sampai sekarang masih diberi kesempatan memperbaiki diri atau dengan istilah milenial “jomblo fi sabilillah/JoFiSa”
Bagi kalian yang masih bergelar JoFiSa, tentu masih penasaran banget bagaimana rasanya ketika hidup satu atap dengan si dia dalam dimensi 24/7. Dulu saya juga selalu membayangkan bagaimana ketika sudah punya istri.
---mohon maaf--- kebanyakan yang belum menikah, membayangkan pernikahan tujuan utamanya adalah penyaluran hasrat seksual dengan bebas tanpa batas.
Ternyata ….masya Alloh, memang betul. Penyaluran hasrat seksual yang tiada batas. yang paling penting, kesenangan itu bukan sebuah dosa besar seperti zina, bahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hubungan seksual antara suami istri adalah ibadah yang sangat besar pahalanya sebagaimana sangat besarnya dosa berzina. Soo… idaman banget.
TAPI,,, apakah kalian tahu? Hal itu (hubungan seksual) adalah baru “awal/pintu/pembuka” dari segala kenikmatan dalam pernikahan. Lalu kenikmatan apa yang lebih istimewa?
Di sini saya ingin berbagi semacam cerita, kesan atau pengalaman yang baru saya alami ketika menyandang status sebagai “imam/suami/kepala keluarga”.
Sweet moments in married.
1. Mempunyai teman ibadah,
Tidak ada kenikmatan yang paling nikmat, kecuali saat kita khusyuk beribadah dengan deraian air mata. Sebelum menikah, saya selalu membayangkan saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan hal romantis kepada istrinya, yaitu ketika beliau bangun malam untuk tahajud, beliau membangunkan Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan meneteskan air ke wajahnya.
Dan masya Alloh, saya lakukan itu. Saya bangun 1/3 malam, saya ambil wudhu, saya shalat tahajud, lalu saya bangunkan istri untuk tahajud. Kadang sndiri kadang berjamaah.
Dari dulu saya selalu membayangkan, ketika saya salam dari solat, ada sosok wanita berhijab di belakangku (jadi makmum) lalu bersalaman dan kukecup keningnya.
Masya Alloh, saya sering melakukan itu. Ketika kita shalat berjamaah, setelah saya selesai salam 2x, sedangkan istri sedang salam pertama ke kanan, saya langsung mengarahkan wajah di pipinya sebelah kiri. Seketika ketika dia salam ke 2, wajah kami bertemu. Seketika dia memelukku dan kadang kepalanya ditidurkan di pangkuanku, lalu berlanjut dzikir masing-masing.
Dan yang lebih senang lagi, saat kami berdoa. Saya berdoa dengan diaminkan istri, berdoa dengan sungguh-sungguh menangis tersendu dan berlinangan air mata, kami berdua bersatu dalam keheningan malam dan tangisan berharap kebahagiaan kami tidak hanya berhenti di dunia yang fana, tapi juga abadi sampai jannah. Kami juga berdoa agar diberi keturunan yang “qurrota a’yun”, yang mnjadi sumber kebahagiaan kami di dunia dan akhirat.
Jadi wahai saudaraku JoFiSa, niatkan di hati kalian, menikah untuk mencari teman ibadah ke Alloh.
2. Mempunyai “siswa” untuk dibimbing
Untuk seorang suami, adalah hal wajib untuk menjadi pembimbing keluarga. Dulu ketika saya masih di pesantren, saya membayangkan, saya akan mengajarkan apa yang saya bisa ke seseorang yang istimewa, yaitu istri.
Dan Alhamdulillah, hal itu saya lakukan. Saya mengajari dia mulai dari mecam-macam najis dan cara membuangnya, haid dan nifas, membaca alqur’an dan tafsirnya. Dan sering juga kita berdiskusi membahas sejarah, politik, parenting dan sebagainya.
Semua itu saya lakukan agar Alloh menyibukkan keluarga kami bukan hanya dengan urusan duniawi semata, juga urusan ibadah dan ilmu yang menjadi tujuan utama.
Jadi wahai saudaraku JoFiSa, sekarang perbanyak dulu ilmu sambil menunggu saatnya tiba. Karena harus membimbing pasangan , MINIMAL kalian harus mengajarkan tentang Thaharah (najis, istinja, wudhu, mandi, dsb), Shalat. itu ilmu minimal yang harus dibawa ke dalam pernikahan, jangan sampai kita dan pasangan, tidak tahu cara membuang najis, apalagi tentang wudhu dan shalat. Na’udzubillah.
3. Mempunyai teman cerita tanpa “sensor”
Pernah galau? Ngedown? Sedih? Pasti pengen penyemangat kan?
Tapi cerita kepada siapa? Hm… pasti kalian nyamannya cerita ke lawan jenis kan?. Ahsan, saya juga dulu gitu, ketika lagi pengin banget curhat, bingung ke siapa. Memang ada sahabat, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa diceritakan dengan sahabat walau sedekat apapun. Betul sekali, ke lawan jenis sungguh nikmat. Eits tapi ingat, curhat ke lawan jenis yang belum halal, sering menjadi bumerang, bukannya menyelesaikan masalah tapi malah sering menjadi awal bencana, yaitu terbukanya pintu perzinahan.
Lalu? Yang paling indah, adalah curhat ke pasangan yang halal dan luar biasanya curhatnya sudah tanpa sensor, karena dia sudah dan harus tahu apa yang kita rasakan luar dalam. (TAPI jangan ceritakan dosa masa lalumu ke dia, HARAM).
Itu yang saya lakukan,
Saya menceritakan cerita-cerita masa laluku yang penuh dengan senyuman kesedihan dan kebehagiaan. Ada beberapa cerita yang belum pernah saya ceritakan ke siapapun se-ekspresif ketika saya cerita ke istri. Saya cerita dengan penuh dengan perasaan, saya merengek seperti anak kecil bahkan sampai saya meneteskan air mata.
Lalu hasilnya?
Memang soal jawabanya atau solusi darinya mungkin tidak beda jauh dari orang lain umumnya. Tapi curhatan kita berakhir dalam pelukan yang penuh kenyamanan, usapan-usapan tangannya sangat meresap ke hati palig dalam.
Tidak jarang juga ketika istri bercurhat, saya membiarkan dia untuk bererita semuanya, tanpa kupotong pembicaraanya, apalagi ketika kulihat air matanya menetes, langsung saya peluk dan kuusap. Setelah sudah semua yang diungkapkan, giliran saya memberikan jawaban yang perlahan sambil pelukan. Dan endingnya, tersenyum bahagia bersama
Jadi wahai saudaraku JoFiSa, be the best partner. Jadilah pasangan terbaik untuk suami/istri mu. Karena kalian adalah tempat terindah yang Alloh utus untuk pasangannmu. Jangan sampai pasanganmu curhat ke lawan jenis yang bukan istrinya. Karena itu adalah awal petaka rumah tangga.
Buatlah senyaman mungkin pasanganmu bercerita, biarpun kamu tidak bisa memberikan solusi, cukup peluk dia, dan bilang ke dia, wahai suami/istriku. Saya akan berdoa kepada Alloh agar Alloh memudahkan urusanmu. Dan betullah kalian mendoakan untuknya.
4. Rezeki bertambah
Mapan terus nikah? Atau Nikah terus Mapan?
Yaps kebanyakan dari kita beranggapan nunggu mapan dulu baru nikah. Bahkan orang tua kita melarang kita menikah kalau belum mempunyai apa-apa atau belum bekerja atau dengan kata lain belum mapan.
“Kalau belum mapan, nanti anak istrimu dikasih makan apa?? Ngurus sendiri aja belum bisa”
Iyaa…. Itu logika manusia. Di dalam diri saya juga ada ketakutan dan kekhawatiran sebelum menikah. Jangankan pekerjaan dan penghasilan, saya aja masih kuliah semester 2 dan tabungan 2.650.000 (2jt.an bukan 200JUTA) ketika saya mau menikah, ayah saya mendukung tapi setengah hati, ibu saya mengharuskan setelah kuliah selesai, pakkdhe saya malah membentak dan memberi ancaman jika saya menikah.
tapi saya nekad menikah. Karena apa? Karena saya tidak mengikuti logika manusia, saya yakin dengan Janji Alloh bagi yang menikah dalam QS An Nur ayat 32
إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ
“…. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka ……..” (QS. An-Nuur: 32).
dan hasilnya sekarang??
Masya Alloh, setelah menikah 03 Mei 2018, saya tidak punya penghasilan apapun. Selama 2 bulan, saya tidak memberi sepeserpun ke istri, setiap hari saya di rumah jadi pengangguran. Tapi saya tetap optimis dengan janji Alloh, sembari berdoa dan berusaha mencari pekerjaan.
Alhamdulillah, di bulan ke3, saya diterima sebagai guru di sebuah yayasan. Dengan gaji hampir 1jt500 sebulannya, lumayan lah pikirku, apalagi sebagai honorer. Gaji pertama langsung saya kasihkan ke istri sama dikurang untuk membayar hutang.
Karena dirasa gaji itu kurang mencukupi, akhirnya saya memutuskan keluar. Lalu saya pilih menjadi Ojek Online. Alhamdulillah hasilnya luar biasa, walaupun penghasilan tidak pasti, tapi melbihi saya menjadi honorer. Dalam 1 hari saya bisa mendapat uang 100rb/200rb bahkan 300an rb. (cerita nya baca di sini)
Setelah berbulan-bulan menjadi ojek, datang juga perasaan “jangan-jangan selamnya saya jadi ojek” saya pun bersedih, ngojek jadi kurang semangat, seketika hasilnya merosot.
Di tengah kekhawatiran itu, saya masih tetap yakin dengan janji Alloh Dalam surat Al Mujadilah ayat 11, Alloh akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).
ALLOHU AKBAR
Akhirnya Alloh menunjukkan langsung janjinya, dalam seleksi CPNS 2018 yang diikuti 7juta an orang se-Indonesia, dan yang diterima 250an rb. ALHAMDULILLAH
Tepat Jumat 15 Maret 2019, nama NGUBAIDILLAH AL MUN NGIMI saya lihat di SK CPNS tertanda bupati banyumas. (baca di sini)
Alloh berfirman,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّـهِ حَقٌّ
“maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar … (QS. Ar-Rum: 60). Di lain ayat, ditegaskan
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
“Kebenaran itu datang dari Rabb mu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.” (Q.S Al-Baqarah : 147)
.
5. Romantis tiada abis
Sebelum menikah, saya sering membaca dan mendengar kajian tentang bagaimana romantisnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke istrinya. Seperti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiduran di pangkuan Khadijah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidur satu selimut dan mandi bersama Aisyah radhiyallahu ‘anha
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminum dari gelas, dan meletakan bibir mulyannya di bagian gelas bekas Aisyah radhiyallahu ‘anha
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan, berlari bersama Aisyah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membantu urusan dapur istri,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak merepotkan istrinya, seperti menjahit kain sendiri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika pulang malam, ternyata pintu telah terkunci. Ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukannya mengetuk pintu dengan keras, tapi Masya Alloh beliau tidur di depan pintu. Dan ketika aisyah terbangun dan membuka pintu, aisyah langsung menangis dan meminta maaf kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Dan beliau bukan marah, tapi juga ikut meminta maaf.
Masya Alloh… panutan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , makhluk nomor 1 di alam semesta, ternyata sangat romantis. Bahkan beliau menegaskan:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى. رواه الترمذى
“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” [Hadits Riwayat Tirmidzi]
Sudah sewajarnya kita berusaha meniru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berhubungan dengan pasangan. Saya berusaha mengamalkan bagaimana romantisnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada istrinya. Seperti tidur dipangkuan, makan minum satu wadah, dan sebagainya
Pernah saya membeli barang secara online, di pengirimnya tertulis “your love, abi”
Istri juga tidak kalah romantis, ketika saya pulang ngojek, malam hari jam 9.an, ternyata sudah ada air hangat di atas kompor. Dan diatasnya ada selembar tisu dan tertulis “untuk yang terlope….”
Keromantisan tidak harus mahal, hal biasa tapi membut pasangan terasa istimewa, sehingga cinta akan selalu tumbuh selamanya, Insya Alloh akan berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di surga.
Jadi wahai saudaraku JoFiSa, pelajari sirah/sejarah Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berkeluarga. Dan buruan ekspresikan keromantisanmu ke yang halal. Hayooo… bukan untuk menggombal kesana-kesini. Itu dosa atau pahala? Hatimu udah tau ko… makanya buruan berikan sekuntum gombalanmu ke yang berhak menerima.
Tantangan dalam pernikahan
Sebenarnya saya ingin menceritakan hal yang menyenangkan dan kurang menyenangkan. Oleh karena itu saya ganti dengan hal yng menyenangkan dan “menantang”. Apa saja hal menantang yang saya alami?
1. Sabar membimbing,
Subhanallah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْئٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا.
“…dan nasihatilah wanita dengan baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadits itu menunjukkan bagaimana suami harus benar-benar sabar. Karena setelah saya mengalami, ketika menasihati istri itu tidak hanya butuh satu kali. Hari ini saya menasihati, besok tidak lama kemudian juga terulang lagi. Subhanallah harus sabar. Alhamdulillah istriku setiap dinasihati menurut, walaupun sering mengulangi lagi, tapi menurut saja sudah menjadi kebahagiaan bagi suami.
Jadi wahai saudaraku JoFiSa, bagi yang laki-laki, jangan sampai menjadi lelaki yang dayuts, yaitu tidak cemburu atau tidak peduli ketika istri/anak melakukan kemaksiyatan. Nasihatilah dengan baik sebagaimana perintah Rasulullah,
Dan bagi perempuan, jadilah istri yang mengurangi beban suami. Di dunia kalian sudah menjadi bebannya, apalagi di akhirat, suami bertanggung jawab penuh terhadap surga nerakamu.
2. Ketika saling marah atau ngambek
Yaa... yang namanya berumah tangga pasti dengan variasi. Ada kalanya suami istri tertawa saling bahagia, ada kalanya ngambek-ngambekan. Apalagi ketika istri keras kepala, huu bikin hati dan pikiran panas.
Apakah saya pernah? Ya pernah, tidak Cuma sekali malah. Apa yang saya lakukan ketika benar-benar marah?. Insya Alloh saya berusaha tidak membentak-bentak apalagi sampai memukul. Saya terinspirasi dengan menantu Rasul yaitu sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu ketika marahan dengan istrinya, Fatimah radhiyallahu ‘anha.
Dari sahabat Sahal Radiyallahu 'anhu berkata; “Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumah Fatimah. Namun beliau tidak menjumpai Ali bin Abu Thalib di rumahnya. Kemudian Rasulullah bertanya; ‘Dimanakah anak pamanmu? ‘ Fatimah menjawab; “Sebenarnya antara saya dan dia ada sedikit permasalahan. Malah ia memarahi saya. Setelah itu, ia keluar rumah dan enggan beristirahat di sini.” Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh seseorang untuk mencari Ali bin Abu Thalib, menantu Rasulullah sekaligus saudara sepupunya. Tak lama kemudian orang tersebut datang dan berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, Ali bin Abu Thalib sedang tidur di masjid.” Setelah itu Rasulullah mendatangi Ali yang kala itu sedang tidur berbaring sementara kain selendangnya jatuh dari Iambungnya hingga menempel ke tanah. Kemudian Rasulullah mengusapnya seraya berkata.”Bangunlah hai Abu Turab! Bangunlah hai Abu Turab!” (HR Muslim)
Nah ketika saya marah, saya ke masjid, shalat jamaah tapi setelah selesai tidak langsung pulang. Tiduran lama sambil merenung dan berdzikir. Dan ketika pulang saling diam. Saya tidak menyapa, istri pun tidak menyapa. Dan ketika tidur, kita berjauhan, kadang saya pindah ruangan atau di lantai.
Subhanalloh, saat – saat seperti itu yang sangat menyebalkan. Dunia terasa sempit, hidup terasa sepi. Pikiran larut kemana-mana, akhirnya susah tidur. Lalu akhirnya?
Nah.. ini tips dari Rasulullah. Beliau adalah manusia yang lebih dulu meminta maaf
Akhirnya saya pun, meminta maaf ke istri sambil memeluknya. Dan hasilnya? Istri pun meminta maaf juga. Akhirnya kami saling memaafkan dan saling berpelukan. Masya Alloh, saat itu indah banget, rasa plooooo...ng sekali.
..
Demikian beberapa kebahagiaan yang saya rasakan setelah menikah,
Akhir kata, semoga Alloh mengaruniakanmu pasangan dan keturunan yang qurrata a’yun yang memudahkan langkah mu menuju keridhaan Alloh.
Alhamdulillah….wallohu a'lam
Ngubaidillah A
Banyumas, 18 Juli 2019
Post a Comment
Post a Comment