بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Saat ini saya sedang galau, tiba-tiba tadi ada teman yang share di grup WA brosur penerimaan mahasiswa baru S2-S3. Memang melanjutkan S3 adalah impian, tapi sampai sekarang saya belum tahu kapan akan mewujudkan. Setelah S2 diwujudkan oleh Alloh baca 👉 Mungkinkah Dapat Beasiswa?
Cuma heran, kenapa seringkali ditemukan dengan isyarat dari Alloh yang menuju S3. Contohnya ketika silaturahmi ke rumah teman, orangtuanya yang sudah usia hampir pensiun ternyata sedang melanjutkan S3, otomatis saya terbakar semangat. Di lain waktu ketemu dengan penjual bakmi ternyata adiknya sedang menempuh S3 padahal seumuran dengan saya.
Dan tidak sampai disitu, ketika hendak ujian, saya bertemu dengan guru kelas SD, beliau ternyata sedang kuliah S3 dan kabarnya S2 dan S3 semuanya diawali dalam keadaan sebagai guru honorer. Seolah Alloh terus menggiringku untuk segera melanjutkan S3, suatu hari saya hubungi oleh nomor tidak dikenal, singkatnya beliau adalah seorang Bu Guru PAI di SD dan hebatnya sedang menempuh S3. Yang kata beliau bahwa kita walaupun Guru PAI SD harus membuktikan kalau kita tidak bisa diremehkan. Ditambah lagi tadi tiba-tiba ada yang membagikan brosur.
Sebenarnya dari kemarin-kemarin saya sudah mencari info penerimaan S3, tapi sampai detik ini belum bisa mengambil keputusan: apakah harus S3? Jika iya, haruskah sekarang?. Ada beberapa hal yang saya pertimbangkan
1. Sebenarnya saya tak pantas untuk S3
- Sebenarnya saya bukan orang pintar.
- TOEFL saja baru tes 1x dan gagal. Tandanya bahasa asing hanya sebatas bisa-bisa an
- Belum pernah menerbitkan tulisan di jurnal maupun media massa
- Baru bisa menerbitkan satu buku dan menulis di blog seperti ini
2. Tapi kenapa saya harus S3?
- Karena impian sejak dulu menjadi Prof. Dr.
Stempel Buku Ubay - Mencintai ilmu, terutama ilmu keislaman seperti Fiqih, Ushul Fiqih, Sejarah dll
- Suka berdiskusi ilmiah, sangat asik jika duduk dalam suatu majlis, bisa bertanya jawab bahkan adu argumen membahas ilmu
- Suka meneliti, walaupun penelitian resmi baru sebatas formal seperti skripsi tesis, tapi tetap menyukai penelitian, minimal observasi di lingkungan pendidikan yang menjadi profesi saya. Juga belum sampai ke tahap uji ilmiah dan publikasi.
- Makanya saya ingin menjadi dosen. Menjadi guru di SD adalah sebagai wadah laboratorium pendidikan yang memang saya menyukai dunia anak-anak, tapi menjadi dosen adalah keinginan mencetak para praktisi, pemikir dan ilmuwan islam yang memperjuangkan keemasan islam seperti zaman Dinasti Abbasiyah.
3. Tapi saya berat memutuskan untuk S3, Kenapa?
a. Tentang Keikhlasan
Ini yang paling berat, saya takut menempuh S3 tapi tidak ikhlas karena Alloh. Sehingga semua akan sia-sia, bahkan ancamannya adalah masuk neraka pertama. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu perbuat? ‘ Dia menjawab, ‘Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur’an demi Engkau.’ Allah berfirman, ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca. Dan kini kamu telah dikatakan seperti itu. Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 3527)
Sehingga saya takut tujuan utama S3 adalah mencari kedudukan di mata manusia berupa pujian maupun kenaikan pangkat. Bukan ikhlas karena mencari ridho Alloh. Saya juga bingung, kata kyai beramal bukan karena Alloh disebut Riya, di lain sisi "meninggalkan sesuatu bukan karena Alloh juga dinamakan Riya"
b. Finansial
Selain itu saya juga memikirkan kondisi finansial, terutama keuangan keluarga. Ketika menjalani S3 per semester paling tidak 4.000.000, tentu takutnya akan mengganggu keuangan keluarga, apalagi kebutuhan yang mendesak adalah membeli mobil, karena sering kehujanan ketika naik motor. Selain itu saya masih punya banyak adik yang harus lanjut sekolah dan kuliah.
Namun sebenarnya soal biaya bisa diringankan ketika Alloh memberikan rezeki melalui beasiswa maupun bisnis lain.
c. Proses berat
Selain itu juga ada rasa takut “apakah aku kuat, apakah aku bisa?” dalam menjalani proses S3, dimana harus berhadapan dengan para profesor bahkan sampai tahap disertasi belum terbayangkan apakah bisa melewati tahap itu.
4. Apa yang harus saya lakukan sekarang?
Sungguh saat ini saya bingung sekali mengambil keputusan, insha Alloh yang akan dilakukan
a. LibatinAlloh dan AndelinAlloh
Yaitu meminta petunjuk ke Alloh melalui doa atau shalat istikharah. Terutama jika memang saya harus S3, meminta Alloh untuk membimbing dalam melewati semua tahapan dan yang paling penting agar dijaga terus keikhlasan hati.
b. Musyawarah dengan istri
bagaimanapun juga yang paling terkena dampak jika saya S3 adalah istri. Entah dari segi keuangan maupun waktu.
c. Meminta pendapat dari guru atau teman
Selain istikharah, juga perlu istisyarah yaitu meminta pendapat atau nasihat dari orang-orang shaleh.
Banyumas, 16 Februari 2022
Dr (c)alon Ubay
Post a Comment
Post a Comment