Kalender Hijriah

Surat Balasan untuk Istri Kecintaan

Post a Comment

  بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Kemarin istriku mempunyai tugas dari Institut Ibu Profesional, untuk menuliskan surat cinta ke suami. Saat saya sedang mengurus laporan kerjaan, tiba-tiba ada pesan panjang masuk, dan ada tulisan “jangan dibaca”. Tapi tetap saja kubaca.
Isinya membuatku terharu, dia mengungkapkan perasaannya selama ini. Dan karena memang aku banyak tingkah, aku berfikir, hal ini akan jadi romantis kalau dibacakan langsung di hadapanku.
Sesampainya di rumah, dia nanya apakah aku sudah baca. Tidak kujawab iya atau tidak, tapi kujawab “kan ada tulisan jangan dibaca”
Dia terlihat kesal, karena sudah nulis panjang tapi tidak dibaca (sebenarnya sudah kubaca). Ya ku minta dia membaca langsung dihadapanku, awalnya dia ga mau karena malu. Setelah bernegosiasi alot, akhirnya dia membaca juga.
Dan hasilnya ….. menangis T_T
Tapi.. kejailankun (aslinya romantis lo) ga berhenti di situ. Setelah selesai, dia menagih “mana jawabanya bi?”
Ku diam, juga sedang menyusun strategi keromantisan hehe
“biii… jawab!”
“ih ngapain harus dijawab?.. kan bukan pertanyaan” aku usil juga
“lah ya udah di respon dong, kan aku udah nulis panjang-panjang”
Aku pun diam tidak menanggapi sama sekali surat cintanya
Akhirnya ku menemukan ide
Karena ini momen pas banget, maka kutulis balasan surat untuknya
Dan tidak tanggung-tanggung… ku publish ke khalayak umum
Bukan untuk pamer
Tapi lebih kea rah dakwah, mengajak para suami untuk mencontoh Rasulullah dalam mencintai keluarganya “sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik ke keluarganya” terutama istri. Bahkan Rasulullah adalah sosok laki-laki yang Paling GARANG di MEDAN PERANG, tapi sosok ROMANTIS ABIS di RUMAH.
Oke…. Langsung saja yuk baca surat balasanku

Surat Balasan untuk Istri Kecintaan
Duhai istriku
Dari bilyaran makhluk Alloh dan Milyaran manusia
Hanya Kau lah yang tercipta untuk menjadi teman di setiap canda tawa, luka dan lara

Kau lah yang mengisi sunyi hidupku
Kaulah yang menyinari gelapnya malamku
Kaulah yang menguatkan gontainya langkahku
Kaulah yang setia menguatkan jiwaku saat tak ada lagi orang tempat ku mengadu

Duhai istriku
Aku dan kamu berbeda
Kamu kurang ini, kurang itu
Sungguh hina diri ini saat mencatat kekuranganmu
Padahal kesediaanmu menjadi pasangan halalku sudah menjadi kelebihan bahkan kesempurnaan dirimu
Karena ku pernah meneteskan air mata dalam doa
Saat lamaran cinta ini ditolak sana-sini
Sedangkan kau merelakan jiwa ragamu tertukarkan dengan seperangkat alat shalat

Ku sadar
Ku tak bisa membelimu dengan segunung emas atau samudera permata
Tapi ku telah bertekad dan berdoa pada Tuhan kita
Ku membelimu dengan Ketulusan dalam Cinta yang dibungkus keimanan
Yaitu menjaga mu dan anak2 kita dari bahaya di dunia dan akhirat

Lalu apakah aku pantas?
Menjadi suami yang suka melukai?
Karena ku sadar,
Lembutnya kulitmu, takan pernah membuatmu meneteskan airmata jika hanya tergores senjata
Tapi tetes demi tetes akan membasahi pipimu saat ku mengeluarkan kata-kata yang membuatmu terluka
Bahkan, tetesan itu akan berubah menjadi aliran deras, saat kau mendapatiku tak lagi setia dengan berpaling dengan lain wanita

Tenang istriku…
Ku mencintaimu bukan karena dirimu sendiri
Bukan karena takutku pada orang tuamu
Tapi… karena komitmen ku dengan Tuhanku
Kau amanah yang Dia titipkan untukku
Kebahagiaanmu di sampingku, Insha Alloh akan menjadi jalan Surga ku
Tapi rintihan kesedihan hatimu, akan menjadi penghalangku

Sehingga saat kau mendiamkanku, saat kau memarahiku
Ku hanya diam, beristighfar dan menuju ke masjid
Bermuhasabah, mendatangi Sang Maha Cinta, siapa tau itu semua karena kesalahanku
Bukan ku takut denganmu, bukan ku lemah
Tapi Iman yang menyetirku untuk seperti itu

Duhai istriku
Aku juga suami penuh kekurangan
Kurang dalam harta
Kurang dalam raga
Kurang dalam segalanya
Jadi sungguh hina, jika ku menuntut kamu sempurna
Saat masakanmu tanpa rasa
Kupastikan, bukan lidahku yang merasa
Tapi jiwaku berusaha untuk bersyukur atas kerelaanmu melayaniku dengan suka cita

Saat tubuhmu sudah tidak seperti dulu
Tenang istriku
Ku sadar, dibalik berubahnya tubuhmu
Ada pengorbanan yang tak terbalaskan
Kau telah menjadikan tubuhmu menjaga anakku 24 jam x 9 bulan
Sampai detik ini pun, kau selalu menjaga anakku
Saat ku bekerja, dari pagi sampai sore kau tulus menjaga anaku padahal itu sangat menjenuhkan
Saat sore ku pulang, ku tertidur karena kelelahan
Saat malam, kau sibuk menidurkan anaku
Saat pagi menjelang, seperti biasa
Kau sibuk mempersiapkan kebutuhanku dan juga anakku
Sampai detik ini pun, ku menulis ini, kau sedang menahan lelah dan kantukmu demi anakku
Dan tak pernah sekalipun kau menuntut upah dariku

Jadi sungguh keterlaluan
Jika kuberalih ke wanita lain yang lebih cantik darimu
Padahal dibalik berubahnya tubuhmu
Ada cerita..
Yah cerita ketulusan dalam pengorbanan, mengorbankan waktu bahkan jiwa raga dalam pengabdian bagi sosok laki-laki yang telah kau percayakan tanpa keraguan
Keterlaluan sangat keterlaluan
Jika aku sebagai suami
Melangkah menuju wanita yang cantik, tapi belum tentu cantiknya seperti hati dan jiwamu

Telah ku belajar dari bahtera rumah tangga orang lain
Saat pada awalnya bahtera dibangun bersama
Pelepah demi pelebah ditambal berdua
Saat berlayar di samudera,
Tangan saling menggenggam biarpun hendak tenggelam
Samudera penderitaan justru membuat pasangan semakin tersatukan
Tapi beda cerita saat
Saat bahtera meninggalkan samudera dan berlabuh ke pulau yang lebih Indah
Bahtera itu pun retak di tengah samudera, terombang ambing
Melayang dan berakhir tenggelam penuh dengan tangisan
Saat itu, laki-laki itu lupa
Siapa yang dari awal yang bersedia menemani saat tak mempunyai apa-apa
Dan giliran punya segalanya, lupa semuannya, lupa janji setia
Termasuk sosok yang telah menyerahkan jiwa raganya

Duhai istriku
Ku tak mau, bahtera kita berakhir seperti itu
Ini bukan tulisan romansa meniru cinta di dunia layaknya novel-novel dan cerita
Tapi ku ingin mencontoh Manusia sempurna idola kita
Yaitu cerita cinta yang tidak ada habisnya
Nabi Muhammad kita
Saat Rasulullah ketakutan didatangi malaiakat Jibril,
Saat beliau dibenci oleh saudara-saudara ayahnya
Saat beliau terusir dari tanahnya sendiri, bahkan berulang kali beliau menjadi target pembunuhan
Saat beliau dikhianati kaum munafiq
Saat – saat itu lah sosok istri yang totalitasnya dibuktikan
Khadijah sebagai wanita tercantik dan terkaya di Tanah Mekah rela menyerahkan seluruh harta, jiwa dan raga demi perjuangan suaminya
Makanya sama sekali saat Khadijah hidup, Rasulullah tidak ada hasrat dan wahyu untuk beliau menikah dengan wanita lain
Apa yang terjadi saat Khadijah telah tiada?
Biarpun raga telah tiada
Tapi cinta selamanya ada dalam jiwa Rasulullah
Beliau sering mendatangi makam Khadijah untuk menyampaikan kerinduannya
Dan tidak ada nama wanita yang sering disebutkan beliau melainka Khadijah saja

Duhai Istriku
Mari jadikan Rasulullah sebagai Tokoh Idola kita
Idolamu, bagaimana membimbing Anak2 beliau, bagaimana sosok wanita mulia beliau
Idolaku, bagaimana mendidik istri agar baktinya menjadi kunci surge
Idola bagi anak – anak kita, agar bagaimana menjadi anak soleh yang akan menjadi penolong orang tuanya di dunia dan akhirat
Insha Alloh…
Kisah bahtera rumah tangga kita, bukan lagi terlukiskan dalam kertas yang rentan lapuk
Tapi tertuliskan dalam Buku para malaikat yang menjadi saksi bagaimana kita terkadang tertawa bahagia, saling diam-diam, lalu baikan, susah payah mengatur uang, mendidik anak, pindah kontrakan sana sini, kehujanan di perjalanan saat pulang ke rumah orang tua dengan sepeda motor, dan semua kisah cinta kita yang Insha Alloh kita selalu menjadikan Alloh sebagai tujuannya

Duhai Istriku
Kau tercipta untukku rangkul, bukan untuk dipukul
Dua tanganmu untukku genggam, bukan untuk ditendang
Suci hatimu untukku ku cintai, bukan untuk dikhianati
Wajah cerah mu setiap hari untukku sapa, bukan kugoreskan kata-kata yang membuatmu terluka

Ini tanganku, mana tanganmu?
Mari saling menggenggam, untuk menguatkan dalam keimanan
Ini hatiku, mana hatimu?
Mari saling mendoakan, agar aku, kamu, anak-anak kita, orang tua kita, dan saudara kita berkumpul lagi di Surga Alloh setelah maut memisahkan

Terimakasih untuk jiwamu, ragamu, cintamu, baktimu, senyummu, tangismu, marahmu, ngambekmu, candamu
Everything is about you
Jazakillah khairan
Banyumas, 8 Juli 2020

Dari suamimu yang penuh kekurangan
(UBAY) Ngubaidillah al faqir

Related Posts

Post a Comment