بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Untuk ke sekian kalinya saya mendapatkan nikmat Alloh yang sangat luar biasa, yaitu tepat pada tanggal 29 Januari 2019, saya dinyatakan lolos menjadi CPNS 2019. Saya pun tidak menyangka kalau saya akan lolos, padahal melihat persaingan yang sangat ketat. Ada 4 juta an pendaftar se-Indonesia, sedangkan yang diterima 238.015, saya mendaftar sebagai CPNS guru PAI di Pemkab Banyumas.
Soal PNS, saya tidak begitu ambisius sebenarnya. Bahkan saya selalu teringat pesan guru di pesantren “kalau bisa santrinya abah jangan ada yang jadi PNS”. Hal ini menjadi pegangan bagi kami para santri, sehingga solusinya kami harus jadi pengusaha.
Akan tetapi selain ijazah S1 saya adalah keguruan, memang sebenarnya saya sangat suka dengan dunia mengajar. Apalagi mengajarkan ilmu agamanya Alloh, begitu banyak pahala yang menunggu.
Tapi tragisnya, kalau mengajar harus menjadi Guru Honorer, Subhanalloh, status yang sangat memprihatinkan. bayangkan:
- Gaji 1 bulan paling Cuma 100-300 ribu
- Secara sosial status guru dipandang tinggi, apalagi dengan pakaian rapi, tapi apakah mereka tau? Jika sebenarnya kami bersedih hati jika hanya mengharapkan gaji.
- Soal pekerjaan, guru honorer porsinya sama dengan guru PNS, berangkat jam 7 dan pulang jam 2, bahkan karena mentang-mentang honorer, sering “dibebani” “bonus” pekerjaan yang menumpuk. Tapi soal gaji beda jauh dengan guru PNS.
- Selalu teriming-iming dalam benak “siapa tahu” suatu saat diangkat menjadi PNS atau mendapat sertifikasi. Tapi faktanya? Banyak yang akhirnya penantian tiada ujung, harus merelakan umurnya termakan oleh waktu dengan status guru honor.
Karena fakta itu lah saya memutuskan untuk tidak menjadi guru honorer, bahkan saya mempunyai prinsip “kalau tidak menjadi PNS, saya tidak mau menjadi guru”. Ya saya tidak memungkiri, saya membutuhkan uang untuk menikah, membantu orang tua, menafkahi anak istri, menyakitkan kan? Kalau hanya mengharapkan gaji honorer yang Horor?. Maka dari itu saya lebih memilih pekerjaan lain dari buruh kasar harian, menjadi karyawan PT, sampai menjadi Ojek Online. Apapun pekerjaannya saya lakukan yang penting halal dan gajinya jelas.
Qadarullah, Alloh menjawab doa dan prinsipku, yaitu “kalau tidak menjadi PNS, saya tidak mau menjadi guru”. Saat itu kalau tidak salah di bulan September 2018 ada isu Penerimaan CPNS akan dibuka. Saya sih santai saja, bahkan sama sekali tidak ada rencana untuk ikut. Karena saya saat itu sedang mengikuti beasiswa S2 (baca di sini ceritanya). Karena saya kira ketika mengikuti program beasiswa, tidak boleh bekerja dimanapun.
Singkat cerita, memang benar akhir September dibuka lah pendaftaran CPNS. Ketika saya berangkat kuliah, saya kaget, ternyata teman-teman kelas saya banyak juga yang mendaftar CPNS. Saya langsung bingung, padahal hari itu H-7 dari penutupan pendaftaran. Setelah mengumpulkan berbagai informasi, akhirnya memutuskan untuk ikut-ikutan mendaftar CPNS. Karena tidak ada niatan ikut, berkas-berkas pun belum disiapkan sama sekali.
Ternyata ada 3 tahapan seleksi. seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar (SKD), dan seleksi kompetensi bidang (SKB).
Alhamdulillah seleksi administrasi lolos.
Selanjutnya tes / seleksi kompetensi dasar (TKD/SKD). Tes ini lah yang banyak menumbangkan peserta. TKD meliputi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelegensia Umum (TIU), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP).
Untuk penentuan kelulusan tes ini peserta SKD harus melampaui nilai ambang batas (passing grade/PG) atau batas minimal seperti diatur dalam Peraturan Menteri PANRB No 37/2018 tentang Nilai Ambang Batas SKD Pengadaan CPNS 2018. Total ada 100 soal. TWK 35 soal dengan PG 75, TIU 30 soal dengan PG 80 dan TKP 35 soal dengan PG 143. Sedangkan tes nya menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT).
Saya sudah terlanjur mendaftar, maka dari itu saya berprinsip “jangan hanya jadi penggembira, tapi menjadi jawara”. Dengan waktu yang terbatas, saya berusaha belajar dengan fasilitas seadanya. Download soal-soal di internet, tapi paling banyak menyimak video tes cpns di youtube.
Saya mendapat jadwal Senin, 29 Oktober 2018 gelombang 4, pukul 14.30 - 16.00 di GOR Satria Purwokerto, dari desa saya berjarak 88,1 Km. saya pun berangkat sendiri, karena kebanyakan teman kelas mendaftar di kabupaten lain. Sesampainya di tempat, ternyata jadwal molor. Yang tadinya dijadwalkan pukul 14.30 ternyata saya tes setelah maghrib. Tapi ada satu hal yang membuat saya takut, ternyata di gelombang sebelumnya banyak sekali yang gagal atau TIDAK LULUS. Kebanyakan gagal di Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Bayangkan saja, di gelombang pertama yang berjumlah 470 peserta, yang lulus kalau tidak salah hanya 7 orang dan mayoritas gagal di TKP.
saya pun memasuki ruangan tes dengan perasaan campur aduk antara pesimis dan optimis. SUBHANALLOH, ternyata memang benar, soal paling sulit justru di Tes Karakteristik Pribadi (TKP), karena jawabanya banyak yang hampir sama. QADARULLAH, setelah selesai mengerjakan dan waktu habis, langsung muncul nilai akhirnya. Muka saya pun langsung tertunduk lesu. Ternyata SAYA GAGAL, SUBHANALLOH. Dan kegagalannya pun di TKP. TWK 100 (PG 75), TIU 95 (PG 80) dan TKP 140 (PG 143). Subhanalloh, kurang 3 poin!, sangat membuat saya terpukul. Akhirnya saya pulang dengan tertunduk lesu, untuk menghibur diri, saya memang dari awal tidak ambisi menjadi PNS.
Ya sudah, saya berusaha MOVE ON, berusaha melupakan kegagalan tes CPNS. Saya pun sudah tidak mengurusi berita cpns, karena sudah tau gagal.
Ternyata tidak hanya saya yang mengalami hal itu. Hampir seluruh Indonesia mayoritas gagalnya di TKP. Akhirnya BKN dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN- RB) menggelar rapat Panselnas untuk menentukan nasib peserta yang gagal di TKP. Dan hasilnya adalah Peserta SKD yang tidak memenuhi Nilai Ambang Batas, namun memiliki peringkat terbaik dari angka kumulatif SKD formasi Umum paling rendah 255, dikatakan lolos SKD dan berhak melanjutkan tes tahap ke-2 yaitu SKB.
WALLOHUL MUSTA’AN, ada angin sejuk yang mendatangi saya. Benih harapan kembali tumbuh, karena akumulasi nilai saya jauh di atas 255, yaitu 335.
Di tengah harapan itu yang mulai muncul lagi, saya menunggu pengumuman resmi dari BKDD Banyumas.
ALHAMDULILLAH, tepat 1 Desember 2018 keluarlah pengumuman resmi dari BKDD Banyumas, dan hasilnya ALLOHU AKBAR.
Saya tidak hanya lolos, tapi juga mendapat skor tertinggi.
Alhamdulillah, saya pun cerita ke orang tua. Bapak dan byongku bahagia banget. 11 pendaftar di formasi itu, diambil 3 peserta untuk di “adu” lagi dalam tes seleksi kompetensi bidang (SKB). Tes SKB itu menyangkut terkait jenis pekerjaan pada formasi yang dipilih. Kalau saya Guru PAI, jadi tesnya terkait PAI. Soalnya itu multiple choice. Banyak, ada 100 soal dan dikerjakan dalam 90 menit.
Akhirnya saya pun harus mengikuti seleksi tahap 2, yaitu tes SKB. Saya tesnya pada Sabtu, 08 Desember 2018 gelombang 1 (Satu) pukul 08.00 - 09.30. Untuk mempersiapkan tes, seperti biasa, saya sangat mendekat ke Alloh dan menguatkan usaha belajar.
Ketika sampai di lokasi tes, ternyata saya ketemu dengan teman se kampus. Ternyata ada 3 orang. Kami pun tes bersama. Setelah kami memasuki ruangan, di awali doa dan harapan kepada Alloh, kami pun mulai mengerjakan. Saya hampir setiap soal selalu membaca solawat. Sekitar 10 menit menjelang akhir, saya sudah tidak bisa konsentrasi.
Karena saya membayangkan “bagaimana jika saya gagal?”, karena orang tua sudah terlanjur cerita ke tetanga-tetangga, kalau saya diterima cpns.bagaimana jika saya gagal? Saya kasihan orang tua akan menanggung malu.
Di tengah ketakutan itu, saya semakin memperbanyak dzikir, terutama shalawat kepada Rasulullah. Satu per satu peserta pun sudah selesai dan muncul skornya, di samping saya ada yang 190,dll. Saya membayangkan kalau dapat 100.
Kurang 10 detik menuju finish, saya menutup laptop, karena tak sanggup melihat. Setelah kelitan muncul skor, saya pun membuka. Dan hasilnya …. Saya memekikan takbir keras ALLOHU AKBAR, ternyata saya mendapat skor 300.
Keluar dari ruangan tes, saya bergembira dengan skor 300. Tapi saya masih khawatir, jangan-jangan pesaing saya mendapat skor di atas saya. Maka dari itu, saya mencari-cari pesaing saya.
Saya pun teriak-teriak “siapa yang SD Karangaren?”
ternyata ada yang menjawab “aku”.
Sontak saya langsung Tanya “berapa skor mu”,
dia menjawab “kamu dulu”, “ah ga mau, kamu dulu”.
Dia menjawab “aku 200”,
ALHAMDULILLAH, aku pun langsung sujud syukur.
Kemudian saya mencari pesaing 1 nya lagi. Saya pun menemui teman kampus saya. Qadarullah teman saya 2 tidak lolos. Kemudian saya menunggu hasil skor di monitor depan lokasi ujian.
ALLOHU AKBAR, ALHAMDULILLAH, saya pun akhirnya bersujud lagi, melihat pesaing saya mendapat skor 165. Artinya 99,99% SAYA LOLOS CPNS.
Sampai di rumah, saya langsung memeluk ibu/byong. Karena berhasil memperoleh skor tertinggi lagi. Kemudian skor SKD digabungkan dengan skor SKB, dengan bobot 40% SKD + 60% SKB.
Walaupun kemungkinan besar saya sudah lolos, tapi masih saja muncul kekhawatiran, karena ada kabar, peserta yang mendapatkan skor SKB rendah tapi memiliki sertifikat pendidik, maka skor SKB nya akan dihitung sempurna, yaitu 500. SUBHANALLOH, saya khawatir pesaing saya mempunyai serdik.
Sambil menunggu pengumuman final dari BKDD Banyumas, saya tinggal tawakkal dan sangat mendekat ke Alloh.
Hal yang ditunggu-tunggu pun datang, tepat Jumat, 04 Januari 2019 BKDD mengeluarkan PENGUMUMAN FINAL PENERIMAAN CPNS 2018.
ALHAMDULILLAH, dari 11 peserta yang diambil 3, dan terakhir yang dipilih NGUBAIDILLAH AL MUN NGIMI
ALHAMDULILLAH ‘ALA NI’MATIL IMAN WAL ISLAM
Akhirnya Jum’at 1 Maret 2019, saya resmi menerima SK CPNS.
Demikian kisah saya diterima CPNS, untuk TIPS jitu yang saya lakukan (klik di sini),
ALHAMDULILLAH
Terakhir saya doakan Anda semoga Alloh selalu memberikan hidayah iman dan Islam, sehingga sukses dunia dan akhirat...
Wallohu a’lam
Banyumas, 27 April 2019 / 21 Sya'ban 1440 H
Ngubaidillah., M.Pd
Post a Comment
Post a Comment